Yang membahagiakan bagi kami adalah Delon, di sela jadwal padatnya berkenan untuk menyanyikan theme song Tembang Gesang. Pertemuan kami dengan dua Mutiara Bangsa ini sedikit mendapat ‘kejutan’ dengan bergetarnya lantai yang kami injak. Awalnya kami hanya menyangka, getaran ini disebabkan karena kaki dari salah seorang dari kami mengetuk-ngetuk lantai. Tapi karena getaran yang dirasakan semakin kuat, kami berkeyakinan bahwa getaran ini disebabkan oleh gempa. Dugaan kami tak meleset, di lorong luar dari tempat kami duduk, orang-orang sudah berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri pun kami yang ikutan panik dan berlari, tapi untunglah tidak terjadi apa-apa.

Akan tetapi simpati paling dalam kami haturkan kepada para korban gempa di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya. Apa yang tersisa dari pertemuan ini, selain ada rasa takjub dan juga rasa ingin tahu di hadapan sesama manusia yang beda. Ingatan tentang sebuah perjalan yang tanpa suspens karena arahnya pasti, tapi memukau karena ini cerita orang-orang asing yang punya momen jadi manusia. Kita jadi manusia ketika kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain yang kita kenal dan tidak kenal.

Saat kita juga merasakan ketakutan dan kehilangan orang lain yang tak kita kenal, dan bersedia ikut menanggungkannya, kalau dalam kasus gempa bumi ini. Di situlah yang fana, derak dan peluit kereta yang berjalan di atas rel menuju ke satu titik yang sudah dirancang, adalah yang membuat kita seakan abadi. Jadi, nyanyikanlah Tembang Gesang, Tembang Kehidupan. Bersama seluruh penjuru manusia di dunia ini.